Pages

Minggu, 30 Juni 2013

Rantai yang Terikat

Negara Indonesia adalah negra kaya raya dengan berbagai sumber daya alamnya. Tak ada yang tidak mungkin kita temuai di Negara terkaya ini, dari berbagai macam penambangan sampai makhluk hidup yang mendiami negarai ini. Tapi semua ini begitu aneh ketika kita lihat secara mendetai dari kehidupan masyarakatnya.
Masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang miskin. Hal ini dilihat dari jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia. Banyak sekali rakyat menderita karena kemiskinan dan tidak banyak pula yang mati karena miskin. Harus diapakan kemiskinan ini? Kalau kita merujuk ke UUD ada salah satu pasal yang mengatakan “Rakyat miskin dipelihara Negara”. Saya tidak tau UUD ini benar atau tidak tapi yang saya tau Negara saat ini belum bisa memelihara rakyat miskin, karena masih banyak rakyat miskin yang belum mereka bantu sepenuhnya. Banyak pula calon-calon presiden yang kerakyat miskin itupun ketika merekan akan mengadakan pemilihan presiden sesudah itu mereka membiarkan begitu saja. Seperti mereka hanya diberikan harapan palsu dalam kehidupannya. Sangat menyedihkan lagi ketika ada kebijakan pemerintah baru, seperti kenaikan harga BBM. Sekali lagi saya tidak mengetahui hal ini. Ketika kita melihat kenaikan harga BBM ini sangat menyengsarakan rakyat miskin. Contohnya dengan kenaikan BBM akan menaikan ongkos traspotasi. Kenaikan ongkos trasporrasi akan mengakibatkan kenaikan barang-barang yang dikirim atau didistribusikan. Caba kita hitung kenaikan harga BBM kita nilai 1 terus ongkos pastinya 1 sekali jalan sedangkan barang 1 setiap jenis barang. Apabila setiap orang memerukan 5 jenis barang setiap harinya bisa kita lihat kebutuhan manusia naik 5. Secara bodoh kenaikan angka 5 ini benar tapi sebenarnya kenaikan ini akan jauh lebih tingga atau tidak terlalu rendah dari angka 5. Apabila ini benar rakyatlah yang akan menjadi korban utama kenaikan ini, untuk rakyat kaya tidak ada efeknya tapi rakyat miskin akan sangat menderita, kalaupun ada bantuan dari pemerintah apakan cukup pemerintah menjamin semua itu. Saya kita tidak mungkin, sementara itu rakyat terus menunggu janji pemerintah dengan penderitaan itu.
Kita tau sendiri bagaimana besarnya kekayaan Negara ini tapi benarkan semua itu. Saya kita tidak ada Negara lain ragu dengan semua itu tapi buktinya untuk memenuhi kebutuhan pokok Indonesia masih saja mengambil dari luar. Kebijakan seperti apa yang diambil pemerintah. Apabila kita pikirkan secara matang seharusnya Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Tapi sayangnya orang-orang yang terus berusaha mencukupkan kebutuhan Negara ini tidak didukun oleh Negara. Cantohnya para petani, petani hanya bisa nanam, nanam dan nanam tidak mau berusaha meningkatkan hasilnya. Hal ini dikaranakan usah ada pasokan dari luar yang memiliki harga yang rendah sehingga mengakibatkan harga yang mereka tanam akan menurun mengakitabkan mereka hanya mementingkan bagai mana caranya bisa panen. Kalau seperti harus bagaimana lagi atau harus berbuat apa? Apakah kebijakan pemerintah yang salah atau kitanya yang belum memahami kebijakan itu? Semua ini seperti rantai ketika satu ditari semaunya akan ikut menarik.

Sabtu, 22 Juni 2013

Berdiri Atau Tunduk Tanpa Syarat

Kemerdekaan adalah hak setiap bangsa bahkan setiap rakyatnya. 17 agustus 1945 dimana Indonesia mengumumkan atau mendekrarasi kemerdekaan setelah lama dijajah oleh bangsa lain seperti belanda, jepang dan lain-lain. Kata-kata yang telah menggema keseluruh pelosok negara Indonesia, sering kali kita sempat bertanya “apakah kita sudah merdeka?” “apakah kita sekarang ini merdeka?” Pertanyaan ini terus kita tanyakan. Banyak orang yang mengatakan bahwa kita sudah merdeka bahkan sejak tahun 45’ selang. Tapi apa bukti kemerdekaan itu, apa hanya texs proklamasi yang dibacakan Ir Soekarna? Apakah hanya dikibarkan sangsaka dipenjuru Indonesia? Apakah hanya diakui oleh bangsa lain? Hal inilah yang perlu kita pikirkan didalam jiwa pemuda kita, sehingga kita tidak salah langkah.


Sacara formal kita memang sudah merdeka, tetapi ketika kita lihat negara kaya raya ini masih saja banyak pengangguran, kemiskina, pengamen jalanan, peminta-minta, pemulung sampai banyak sekal pencurian. Katanya kaya tapi bukti yang terlihat tidak seperti keadaan yang ada. Dimana kekeliruan ini? Semua akan terjawab ketika kita mengetahui siapa pemilik pabrik atau penambangan yang mengambil sumber alam kita. Kebanyakan mereka itu adalah penguasa-penguasa luar. Mereka tidak akan pernah berhenti mengambil kekayaan kita, merekapun tak akan perna melapas kita begitu saja. Semua ini hanya karena material yang mereka inginkan sehingga banyak rakyat yang menderita. Kalau kita lihat kembali ada sebuah kalimat yang mengispirasikan yaitu “kekayaan negara akan kembali kerakyat”. Kata-kata itu tidak berguna ketika para pemilik perusahaan besar di Indonesia ini adalah orang luar. Katika kita tanyakan “kanapa?” semua ini sangat mudah dijawab yaitu ketiaka perusahaan-perusahaan itu milik orang asing berarti keuntungan akan terus mengalir kekantong mereka dan beberapa orang di Indonesia tidak semuanya. Hal ini membuktikan rakyat Indonesia tidak memiliki apa-apa dari kekayaan negara tercinta ini. Tetapi kalau kita dapan merebut kembali perusahaan-perusahaan itu milik negara ini akan jauh berbeda kalau tidak ada koruptor. Kita coba pikirkan kalau perusahaan itu milik negara keuntungan akan mengalir kenegara dan dapat disalurkan kerakya, sehingga kekayaan negara tercinta ini akan kembali kerakyat.
Sayangnya kita hanya bisa berbicara dan melihat semua ini terjadi. Sedih miris rasanya ketika semua ini terjadi terus menerus. Untuk itu mari kita kokohkan barisa rebuat apa yang kita miliki jangan sampa kita dijajah kembali. Kita memang tidak dijajah secara langsung, tetapi realitanya kita terjajah oleh semua itu. Berjuang terus tanpa henti untuk tujuan bersama.



Indonesia yang kaya bukan hanya bangga banyak tambang yang diolah orang lain, tapi bangga karena banyak tambang yang benar-benar milik rakyat kita.


Indonesia kaya karena rakyat
                        Indonesia kaya tanpa penjajahan
Indonesia karena tau
                        Indonesia kaya bukan karena ditipu

Minggu, 16 Juni 2013

Negara yang Kaya Katanya?

Negara saya negara Indonesia yang kaya raya dengan berjuta pesona dan keadaannya. Tapi banyak hal yang tak pernah saya mengerti, kalau negara kaya kenapa masih banyak rakyat yang miskin. Apa saya yang salah melihat, apa saya yang memberi argumen. Semua begitu misteri dengan penjelasan yang kurang baik dari berbagai hal.
Negara ini sangatlah kaya sampai akirnya rakyat makan rakyat. Bahkan ada 3 tipe rakyat yang terjadi dinegara yang kaya ini. Rakyat yang pertama adalah rakyat yang mengatakan “Hari ini makan apa?”. Rakyat inilah yang paling sengsara, kenapa? Karena rakyat ini bisa atau tidak makan tergantung mendapatkan uang pada saat itu. Rakyat inilah rakyat yang tidak memiliki apa-apa dan paling miskin. Rakyat yang kedua adalah rakyat yang mengatakan “Besok bisa makan apa?”. Rakyat ini termasuk rakyat yang memiliki sesuatu tetapi belum berkembang. Rakyat ini masih bisa makan sekarang dan besok tetapi masih bingung untuk kedepannya. Uangnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Rakyat yang ketiga adalah rakyat yang mengatakan “Besok makan siapa?”. Rakyat inilah yang paling ditakuti, kenapa? Karena rakyat ini adalah rakyat yang banyak memiliki uang sampai-sampai uang mereka tidak ada gunanya dan mereka belum puas ketika belum menyengsarakan rakyat lain.

Negara ini kaya sampai menyedot semua orang. Semua ini terlihat dari berbagai hal dalam negara atau luar negara. Semua ini akan menjadi penindasan dimana mana. Contoh internal saling menikam. Coba lihat didalam pemerintahan, banyak sekali para koruptor, dimana koruptor ini menghabiskan dan membuat negara rugi akan keberadaan mereka. Contoh yang lain adalah penyelundupan barang. Mungkin untuk rakyat ada yang diuntungkan tapi juga banyak yang dirugikan sedangkan negara pasti rugi, karena barang itu belum diketahui oleh negara dan tidak ada pemasukan untuk negara. Sedangkan contoh dari dari eksternal adalah para investor asing dimana investor ini banyak yang menguasai hasil kekayaan negara, kalau memang benar seperti itu berarti kekayaan negara tidak akan pernah kembali kerakyat. Hal ini yang perlu kita kawatirkan karena banyak investor ataupun orang kaya akan menyengsarakan rakyat yang tidak pernah mengetahui.

Sabtu, 08 Juni 2013

Titik Yang Membuat Perubahan

Indah suasana negri ini bagai surga yang tak pernah ada habisnya. Banyak hal yang kita temui di tanah ini. Surganya para petani yang ingin berkarya. Surganya tumbuhan yang hidup dan surganya makhluk allah yang menghuni. Tapi mengapa semua itu berbeda denga realita yang ada. Semuanya terbalik dan tak pernah kita mengerti. Seperti halnya misteri yang belum terpecahkan.

Negri ini subur dan penduduknya menghadalkan kesuburan untuk bercocok tanam. Tapi kenapa kebijakan yang tidak kita ketahu mengikat kita, sampai mengakibatkan banyak petani yang menjadi korban. Apa sebenarnya salah mereka? Dari dulu sampai sekarang petani hanyalah babu-babu pengusaha yang memanfaatkan mereka, budak-budak untuk tengkulak yang mengumpulkan keuntungan setinggi mungkin. Apakah itu adalah nasib mereka? Apakah itu takdir mereka? Sedih mendengarnya. Setiap tetesan keringat yang mereka keluarkan hanya sedikit yang mereka hasilkan. Apa yang bisa kita lakukan? Apa yang bisa menolong mereka? Banyak orang yang mengatakan saya tapi jadikan saya sebagai pemimpin kalia. Pada akhirnya sengsara lagi sengsara lagi itu yang selalu terjadi, dalam kurun waktu pergantian kepemimpinan itu terus terjadi dan berulang terus menerus. Banyak juga yang mengatakan saya, karena saya adalah pemuda yang akan menggerakan roda kepemimpinan. Pada akirnya mereka menduduki jabata di pemerintah, apa yang terjadi? Mereka tergiyur dengan harta dan pada akhirnya mereka juga melupakan petani-patani yang terus berharap ada yang dapat menolongnya. Banyak juga yang mengatakan bahwa mereka sendiri yang dapat merubahnya. Apa yang terjadi? Hal ini belum pernah mereka pikirkan, kenapa? Karena mereka hanya mementingkan apa yang mereka makan besok. Tidak pernah terbanyang oleh mereka semua itu. Jadi siapa yang dapat menolong mereka?

Hal inilah yang terus pemerintah pikirkan. Mereka yang peduli terus berusaha tanpa henti untuk berjuang menyelamatkan saudara-saudara kita yang jau disana. Pemerintah tidak akan bisa berjalan dan meruba negri ini seperti yang kita banyangkan. Kita selalu mengeluh, menolak, berdemo bahkan menghina pemerintahan tapi tidak pernah kita mengeluarkan solusi terbaik. Duduk sejajar dan memecahkan masalah ini. Kita selalu menuntut pemerintah harus bekerja keras. Tapi sadarkah kita pemerintah butuh kita. Pemerintah menjerit memita pertolongan kita. Bahkan pemeritah menangis dan mengemit kepada kita. Semua ini tak pernah kita banyangkan, untuk itu melailah berubah dan berkerja sama dengan pemeritah untuk membengun Indonesia yang makmur dan jangan hanya mencari uang diatas penderitaan orang lain karena kita mati tidak akan membawa uang itu.



PETANI KITA BAKANLAH BUDAK DAN BABU, TAPI PETANI KITA ADALAH SAUDARA KITA YANG HARUS KITA LINDUNGI

PEMERITAH BUAKANLAH MERIS YANG BEKERJA SENDIRI TAPI PEMERITAH ADALAH KIATA YANG SIAP UNTUK BERUBAH YANG LEBIG BAIK

Minggu, 02 Juni 2013

TUHAN SEMBILAN SENTI

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok
di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatun-na’îm yang sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolah ada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya: “apakah ada buku tuntunan cara merokok?
Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, di kereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antarpulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,
Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran, di toko buku orang merokok, di kafe, di diskotik para pengunjung merokok,
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok, bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena,
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,
Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
 Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok, di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,
Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap. Hâsaba, yuhââsibu, hisâban. Bukan ahli hisab “ilmu falak”, tapi ahli hisap rokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, ke mana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamîn dan yang sedikit golongan ashâbus syimâl?
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnû’ut tadkhîn, ya ustadz. Lâ tasyrabud dukhân, ya ustâdz. Kyai, ini ruangan ber-AC penuh. Hâdzihi al-ghurfatu malî’atun bi mukayyafil hawâ’i. Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok. Lâ taqtulû anfusakum.
Min fadhlik, yâ ustâdz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15 penyakit ada dalam dagingkhinzîr (babi). Daging khinzîr diharamkan. 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?
Tak perlu dijawab sekarang, yâ ustâdzWa yuharrimu ‘alayhimul khabâits. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada“rokok”.Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustâdz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di
bawah korban narkoba,
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
Rabbanâ, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Oleh: Taufiq Ismail